PERNAH BEGINI?
Alhamdulillah bisa puasa sekian hari
Alhamdulillah bisa naik haji tahun ini
Alhamdulillah, anakku lulus kedokteran
Alhamdulillah anakku diterima kerja di Anu
APA BENAR KITA BERSYUKUR?
JANGAN JANGAN RIYA DAN UJUB
YUK BACA
Sebelum membahas lebih lanjut, apa sih perbedaan antara riya’ dengan ujub?
Ibnu Taimiyah rahimahullah memberikan pelajaran berharga mengenai perbedaan antara riya’ dan ujub (takjub akan diri sendiri).
Beliau rahimahullah menjelaskan, bahwa betapa seringnya riya’ dan ujub saling bergandengan. Perlu diketahui bahwa riya’ berarti menyekutukan atau menyandingkan dengan makhluk. Sedangkan ujub berarti menyandingkan dengan jiwa yang lemah. Ujub ini adalah keadaan orang-orang yang sombong.
Orang yang berbuat riya’ tidak merealisasikan firman Allah Ta’ala,
إيَّاكَ نَعْبُدُ
“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah.” (QS. Al Fatihah: 4)
Sedangkan orang yang merasa ujub pada diri sendiri tidak merealisasikan firman Allah Ta’ala,
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan.” (QS. Al Fatihah: 4)
Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah,
إيَّاكَ نَعْبُدُ
“Hanya kepada-Mu lah kami menyembah”, maka ia akan terlepas dari riya’ (karena ia akan beribadah pada Allah semata).
Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah,
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan”, ia akan terlepas dari sifat ujub (takjub pada diri sendiri).
Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) sifat pelit yang ditaati (2) hawa nafsu yang diikuti, kekaguman seseorang pada dirinya sendiri” (HR. Ath Thabrani dalam Al Ausath, 5/328. Dihasankan Al Albani dalam Shahiihul Jami’ no. 3045 ).
Pada asalnya, manusia memiliki kecenderungan ingin dipuji dan takut dicela. Hal ini menyebabkan riya’ menjadi sangat samar dan tersembunyi. Terkadang, seorang merasa telah beramal ikhlas karena Allah, namun ternyata secara tak sadar ia telah terjerumus kedalam penyakit riya’.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kamu kuberitahu tentang sesuatau yang menurutku lebih aku khawatirkan terhadap kalian daripada (fitnah) Al masih Ad Dajjal? Para sahabat berkata, “Tentu saja”. Beliau bersabda, “Syirik khafi (yang tersembunyi), yaitu ketika sesorang berdiri mengerjakan shalat, dia perbagus shalatnya karena mengetahui ada orang lain yang memperhatikannya“ (H.R Ahmad dalam Musnad-nya. Dihasankan oleh Al Albani Shahiihul Jami’ no.2604)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa riya’ termasuk syirik khafi yang samar dan tersembunyi. Hal ini karena riya’ terkait dengan niat dan termasuk amalan hati, yang hanya diketahui oleh Allah Ta’ala. Tidak ada seseorang pun yang mengetahui niat dan maksud seseorang kecuali Allah semata. Hadist di atas menunjukkan tentang bahaya riya’, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam khawatir riya’ menimpa para sahabat yang merupakan umat terbaik, apalagi terhadap selain mereka. Kekhawatiran beliau lebih besar daripada kekhawatiran terhadap ancaman fitnah Dajjal karena hanya sedikit yang dapat selamat dari bahaya riya’ ini. Fitnah Dajjal yang begitu berbahaya, hanya menimpa pada orang yag hidup pada zaman tertentu, sedangkan bahaya riya’ menimpa seluruh manusia di setiap zaman dan setiap saat (I’aanatul Mustafiid, II/90)
muslimah.or.id